kita orang
asing di negeri sendiri, suatu ketika setelah kemerdekaan yang tergadaikan
untuk sebuah sebutan, tak memberi kita pilihan
untuk tetap tinggal berdiam
satu
persatu, beranjak menyeberang, seperti bidak-bidak catur yang dilangkahkan
lalu,
pertemuan kita rasanya karna takdir jua,
kawan
lelakiku
pada senja
di terminal pemberhentian , kota persinggahan pertama, ketika lampu peron mulai
dinyalakan, memperhitung lunas samar pertemuan merah tembaga senja dan kelam
malam
kemudian,
waktu
cuman notkah kecil bukan?
Oleh
langkah kebersamaan kita, dalam kecap senada di meja dan tikar perjamuan, gelak
canda di sekeliling peraduan, atau bahkan ketika sesekali kita saling
berselisih pandang
Waktu
cuman notkah kecil bukan ?
Hingga
ketika senja ini semua menemu akhir, kita sama-sama beranjak mengawali kesendirian
dari terminal pemberangkatan
Tak jelas
sungguh bagiku,
Kali ini
engkaukah yang terlalu cepat pergi,
Atau aku
yang terlalu lama berdiam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar