Senin, 27 Agustus 2018

Mengantar sahabat berangkat


kita orang asing di negeri sendiri, suatu ketika setelah kemerdekaan yang tergadaikan untuk sebuah sebutan, tak memberi kita pilihan  untuk tetap tinggal berdiam
satu persatu, beranjak menyeberang, seperti bidak-bidak catur yang dilangkahkan

lalu, pertemuan kita rasanya karna takdir jua,
kawan lelakiku
pada senja di terminal pemberhentian , kota persinggahan pertama, ketika lampu peron mulai dinyalakan, memperhitung lunas samar pertemuan merah tembaga senja dan kelam malam

kemudian,
waktu cuman notkah kecil bukan?
Oleh langkah kebersamaan kita, dalam kecap senada di meja dan tikar perjamuan, gelak canda di sekeliling peraduan, atau bahkan ketika sesekali kita saling berselisih pandang

Waktu cuman notkah kecil bukan ?
Hingga ketika senja ini semua menemu akhir, kita sama-sama beranjak mengawali kesendirian dari terminal pemberangkatan
Tak jelas sungguh bagiku,
Kali ini engkaukah yang terlalu cepat pergi,
Atau aku yang terlalu lama berdiam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar