Bersimpuh meniti hening
malam
I’tikaf di rumah-Mu
Aku memulai dengan harap
Mampu kupersempit ruang jarakku
dengan-Mu
Agar kujumpai wajah-Mu dalam tawadho
hati dan yakin yang lekat
Tapi doa-doa yang ku hantar, terasa
tawar dibacakan,
Firman yang kuurai, terasa hambar
dilidahkan
Tarawih yang kuuntai tanpa makna ditegakkan
Aku justru kerap kehilangan-MU,
Pada ruku dan sujud sembahyang
hatiku,
kuda-kuda liar,
Yang kembara di negeri asing,
aroma harum rambut mileak yang lekat dan tatapannya yang hangat,
impian pangkat,
oleh oleh untuk kerabat
angan-angan dan mimpi berkelebat.
Hanya sesekali kembali…..
Wahai,
Engkau yang punya segala upadaya,
Jangan terburu sungguh ku mohon,
hukum aku dengan cemburu-MU
Engkau juga Tuhan bagi segala yang liar
dan jinak ,
Tambatkan saja hatiku, pada Rumah-MU
Yakinkanku,
ini doa,
dan kata-kata
Bukan kerja tersia
(Bks, Juli 2018)